Jadi, minggu lalu Ma mulai maraton drama Jepun setelah dua-tiga bulan ini nyelem di drama Mandarin. Ga tau kenapa rasanya lagi ga sanggup untuk komit nonton drama yang panjang gitu, jadi pilihan drama Jepun yang episodenya pendek dan topiknya unik ini jadi pilihan Ma.
Setelah beberapa drama yang ditonton, akhirnya ketemu sama drama yang bikin Ma gatel untuk nulis banyak banget hal yang ada disana. Karena kesannya lumayan relatable sih ya, topik tentang duit juga lumayan menarik buat Ma. Saking gatelnya, begitu selesai nonton aku langsung review dramanya. 😂😂😂
Terus, dari segitu banyak topik yang ada di drama ini (yang padahal cuma empat episode lho ini!) yang pertama Ma mau bahas ini tentang Kintsugi, atau seni memperbaiki barang pecah belah ala Jepun.

Jadi, kenapa dengan Kintsugi ini? Selain salah satu bentuk perilaku positif terkait sustainability, alias barang barang kalo rusak ga langsung dibuang dan ganti tapi dibenerin dulu, tapi juga Kintsugi ini fokus dalam mengapresiasi retakan dan pecahan yang ada sebagai bentuk pengalaman atau sejarah dari benda benda yang ada. Karena caranya memperbaikinya ini ga dengan menyembunyikan bekas retakan dan pecahannya, malahan sengaja diliatin dan disambung dan dilapisi dengan serbuk emas, jadi malah keliatan artistik dan indah gitu.

Yang Ma tangkep dari scene singkat terkait Kintsugi ini selain tentang sustainability-nya, juga tentang mengapresiasi masa lalu, “retakan” dan “pecahan” di masa lalu itu ga mesti dihilangkan dan dianggep ga ada, atau malah dibuang sama sekali. Tapi diterima dan dihargai sebagai semacam “tanda perjuangan” dari pengalaman hidup kita. Mungkin mirip kayak stretch mark pada ibu ibu yang sudah melahirkan, bekas luka dari tentara yang ikutan perang atau atlit yang latihan setiap hari, sampai bekas jerawat masa remaja atau bekas cacar waktu kecil. Itu bukan sesuatu yang perlu ditutupi, atau dihilangkan. Karena itu adalah bagian dari sejarah kita, pengalaman hidup kita.
Liat foto foto Kintsugi ini bikin aku ngerasa bahwa bekas retakan itu ga perlu disembunyikan, apalagi semuanya langsung dibuang. Karena saat diperbaiki dengan baik dan telaten, jadinya fungsional lagi, lebih indah dan bermakna. Perbaikan dengan pernis yang dilapisin dengan emas itu bikin aku inget sama sesi psikoterapi. Simply said, healing process. Dengan ngikutin konsep Kintsugi ini, Ma bisa belajar pelan pelan ga marah lagi dengan masa lalu Ma, berhenti kesal dan menyalahkan orang orang atas Ma rasa bertanggung jawab atas kondisi masa lalu yang masih bikin Ma triggered sampe sekarang. Karena dengan menerima bagian pait sedih kesal marah itu, Ma bisa mulai melangkah menuju tahapan penyembuhan. Harapannya nanti kalo udah beneran baik baik, hasil akhir penyembuhannya itu bakal seindah pottery yang udah direstorasi dengan Kintsugi. ❤️
2 Tanggapan to “Tentang Kintsugi dan psikoterapi.”